Postingan

Un Socialita Apatico

Gambar
  Kita mengerti bahwa manusia merupakan makhluk hidup komunal dan sosialis sebagaimana hakikatnya. Kita akan saling membantu dan memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi "manusia" yang sebenar - benarnya. Akan tetapi, dalam kenyataan yang nyata dan tampak mata manusia tak selalu seperti itu. Dalam perenungan penulis, penulis yang juga manusia selalu di buat tertawa dengan tingkah manusia lainnya atau bahkan dengan tingkah laku penulis sendiri. Bingung, marah, sedih dan cemas cukup menghantui ketika terbesit bayangan "bagaimana jika manusia benar-benar tidak menjadi manusia yang manusia?"  Sedikit cerita, di akhir tahun lalu penulis menginjakkan kaki di salah satu lembaga sosial di kota asal penulis. Ada rasa haru, syukur dan perenungan ketika penulis datang sebagai mahasiswa praktikan. Minggu pertama, semua berjalan normal dan "kompeten" sebagaimana mestinya. Beberapa kali berbincang bertukar cerita dengan para pekerja sosial disana, membuat hati semakin

L'inumano Deve Essere Distrutto

Sepak bola di Indonesia, rasanya sudah menjadi identitas tambahan bagi masyarakat selain suku, agama dan ras. Tak heran bagi saya bila setiap "El Nacional" Indonesia bertanding, jutaan pasang mata dengan tulus mendukung dan bersorak. Dalam historinya pun, Indonesia pernah turut serta dalam gelaran World Cup 1938 yang kala itu masih bernama Hindia Belanda. Hal itu rasanya menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya dan masyarakat sepak bola Indonesia sebagai bukti nyata bahwa sepak bola seakan menjadi darah bangsa kita. Namun, seiring berjalannya waktu, Tampaknya negeri ini tak selalu kondusif untuk memahami bagaimana sepak bola ini hidup. Selama Indonesia menjadikan sepak bola sebagai enthusiast sport, tak jarang problematika lahir mencoreng wajah bangsa kita sendiri. Jika ditelisik, Indonesia dirasa menjadi "langganan" sanksi dari FIFA terkait hiruk pikuk persepakbolaan di tanah air. Kasus sepak bola gajah, Calciopoli di Indonesia, Kerusuhan supporter, bahkan hingga pe

Pendekatan Humanistik Sebagai Pengakraban Lintas Budaya di Desa Kedungjeruk

Gambar
  Kedungjeruk menjadi destinasi pengalaman studi terbaik bagi saya selama hidup. Kedungjeruk merupakan sebuah desa di kecamatan Mojogedang yang memiliki keberagaman dan keindahan didalamnya. Bagaimana tidak? Selama diri ini berbaur dan mengenal masyarakat sekitar, Kedungjeruk menjadi sebuah desa yang seksi dan elok dari sisi kehidupan perekonomian, kebudayaan, dan sosial masyarakat. Namun sebelum kita menyelami lebih dalam, Kedungjeruk memiliki nilai historical yang cukup filosofis dan mistis. Menurut bapak Sutarso selaku Kepala Dusun Kedungjeruk, Beliau menuturkan bahwa asal mula daerah Kedungjeruk kala itu berasal dari sebuah sungai yang dalam (Kedung = sungai yang dalam) tetapi, di tengah - tengah sungai tersebut ada sebuah pohon jeruk, dan dari situlah nama daerah Kedungjeruk bermula. Kondisi sosial masyarakat dan budaya Kedungjeruk sangatlah beragam. Dimulai dari kalangan masyarakat yang religius hingga komunitas beladiri tradisional yang sangat kental, menjadikan Kedungjeruk begi

Dalam Hitungan Hari

Gambar
  Jumat,22 Juli 2022. Tak terasa dalam kurun waktu 2 hari lagi kami akan meninggalkan desa yang selama hampir sebulan ini menjadi tempat kami belajar, mengabdi, tertawa ria, dan banyak hal lainnya. Cukup mengharu, bagaimana diri saya pribadi akan berpisah dengan lingkungan desa kedung jeruk yang begitu menenangkan dan menghangatkan. Pagi hingga malam ini, saya memandang seluruh sudut pedesaan dengan suara hati yang penuh dengan rasa sedih dalam sukma dengan segala kenangan didalamnya.  Kala hari ini saya terakhir mengajar anak - anak MI, mata saya penuh dengan haru. Selalu dalam hati mengatakan "Tak terasa". Begitupun disaat kami pamit undur diri dengan anak - anak TPQ, selalu merasakan hal yang sama. 1 malam lagi, izinkan saya menenangkan diri dan mencoba mengambil seluruh jiwa desa ini untuk saya simpan sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Perasaan yang takkan pernah hilang. Entah diri ini yang cengeng atau apapun itu, dengan ini saya tasbihkan bahwa hati saya ada dalam

Menuju Akhir

Gambar
  Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. 30 hari kami disini, rasanya secepat 24 jam. Ada banyak canda dan tawa yang tak kira hitungannya. Memiliki keluarga baru memang tidaklah mudah, namun selalu mengasyikkan untuk kembali belajar sebagai manusia yang harus mempelajari dengan sesamanya.  Hari ini mungkin menjadi hari yang menyenangkan dari sekian kegiatan yang kami lakukan. Sekalipun dirasa pegal, namun melihat rekahan ceria bibir merona ibu ibu yang hangat, membuat rasa lelah menjadi sebuah kebahagiaan yang begitu mengguncang. Senyum ibu adalah momen kehidupan yang tak pernah gagal untuk menghangatkan diri ini dari dinginnya dunia.  Kini, tinggal menghitung hari menuju usai. Selamat dan sukses bagi kami semua sebagai seorang agen perubahan masyarakat yang saat ini hampir purna sesuai jadwal yang ditentukan. Akan tetapi, esensi sebagai manusia dan sebagai seorang pembelajar yang akan selalu mengabdi dan menjadi "abadi" tidak akan pernah usai. Ini adalah permulaan. Tembakan

Bersama Syukur

Gambar
  Tak hentinya diri ini selalu mengucap syukur akan nikmat Tuhan yang tiada tara. Angin yang kami rasakan, udara yang terhirup, sinar yang menerangkan, hal itu semua adalah kunci hidup. Saya adalah bernyawa dari semua mahakarya dengan segala rupa.  Kita hidup dijaman yang tak terbatas. Belenggu dimensi dan waktu adalah samar yang pula membayang. Dinding tebalnya, kini telah runtuh dengan segala riuh suara kedengkian. Maka hanya syukur dan merasa cukup selalu menjadi batas akan hidup yang menghidupi bagi manusia yang sejati.  Kurnia Ibrahim Mahasiswa BKI UIN Raden Mas Said Surakarta 2019 KKN TRANSFORMATIF KERSODHARMA 2022'

Yang Bernama Masyarakat

Gambar
  Sore ini, kami bersinergi dengan warga dusun sukorejo dalam menyukseskan turnamen sepak bola desa dengan pertandingan pembuka antara dusun Sukorejo melawan dusun Jatimulyo. Pertandingan berlangsung penuh pressure yang dilakukan kesebelasan Sukorejo terhadap kesebelasan dusun Jatimulyo. Rasanya saya melihat pertandingan ini layaknya Persis Solo dengan PSIS Semarang yang mana PSIS begitu mendominasi Persis Solo. Jalannya pertandingan antara dusun Sukorejo melawan dusun Jatimulyo diakhiri dengan skor 2 - 0 yang dimenangkan dusun Sukorejo.  Namun dari semua kemeriahan pertandingan pembuka sore tadi, ada sudut pandang indah yang saya lihat dimana guyub rukun masyarakat dusun yang seakan selalu supportif dan totalitas dalam mendukung kegiatan masyarakat. Guyub rukun inilah yang menjadi identitas bangsa Indonesia yang dimotori aliansi bernama masyarakat.  Kurnia Ibrahim Mahasiswa BKI UIN Raden Mas Said Surakarta 2019 KKN TRANSFORMATIF KERSODHARMA 2022'