Aku Bersama Manusia Lainnya
Seperti biasa, kami sebagai mahasiswa KKN di setiap paginya selalu menikmati udara sejuk desa Kedungjeruk sembari "resik - resik" dan menata jam, kapan diri kita sendiri yang akan "resik - resik" (Mandi) di hari ini. Namun ternyata, tak dinyana teman - teman mengingatkan sebuah wacana "geguyon" yang terlontar di malam hari lalu tentang jalan - jalan pagi. Momen itu layaknya sebuah genderang perang bagi kami karena disaat itu semua, tanpa "fafifu" langsung sepakat dan bersorak "ayo! ayo!" tanda seluruhnya setuju untuk merealisaskan wacana "guyonan" kemarin malam. Dengan semangat dan keimanan badan untuk bergerak, yang awalnya kita sudah bersiap untuk mandi, akhirnya kami mengurungkan niat untuk mandi dan langsung segera bersiap untuk berpetualang di pagi hari.
Waduk Ndelingan, menjadi destinasi jalan - jalan kita pagi hari ini dan menjadi tempat pertama yang kami kunjungi sebagai objek wisata. Selama perjalanan, kami disuguhkan dengan warna hijau di kanan - kiri kami. Batin saya "Solo raono ngeneki! Hanya desa yang selalu memahami bagaimana alam bekerja!" Cukup jauh memang jarak yang kami tempuh. Ada sekitar 20 menitan kami menaiki kuda besi kami yang tak semuanya bagus dan kuat untuk melakukan perjalanan di medan perjalanan selama menuju waduk. Sesampainya disana, kami tanpa diperintah seakan layaknya kambing yang siap memakan rumput di padang, langsung menyebar ke beberapa penjuru waduk untuk menikmati keindahan pemandangan yang secara geografis, waduk tersebut dikelilingi sawah, bukit dan gunung yang diri saya tak tahu pasti namanya. Saya pun ikut menikmati dan beberapa kali meng-capture sesuatu yang menurut saya pribadi ini adalah simbol dari rezeki yang nyata dari Allah SWT.
Kurnia Ibrahim
Mahasiswa BKI UIN Raden Mas Said Surakarta
KKN TRANSFORMATIF KERSODHARMA 2022
MOJOGEDANG, KARANGANYAR
Komentar
Posting Komentar